Mark Viduka, Si Pemalas Kesayangan Australia Kini Jualan Kopi & Nge-band

Pahlawan Australia di kancah internasional itu memiliki jejak karier yang mengesankan di Eropa meski menganggap dirinya sebagai pemalas.

Ketika fans Leeds United ditanya siapa striker favorit mereka, Mark Viduka adalah nama yang akan sering disebut.

Memulai kariernya pada 1993 di klub Australia, Melbourne Knights, selama dua musim pertamanya, ia adalah pencetak gol terbanyak di National Soccer League.

Dengan cepat ia menjadi salah satu pemain Australia yang paling menonjol, namun sepanjang kariernya sang penyerang terkesan santai dan jarang terlihat merasakan tekanan.

Si pemalas

Viduka tahu apa yang ia bisa lakukan ketika dibutuhkan dan saat ditanya apa hobinya di luar sepakbola, ia menjawab “tidur”.

Tidak seperti para pesepakbola pada umumnya yang mendaki karier di Eropa, ketika ditanya soal rencana masa depannya di dunia kulit bundar, ia melontarkan jawaban yang aneh.

“Saya pikir saya bisa menyesuaikan diri di sebagian besar Eropa. Saya tidak terlalu menyukai Inggris, saya hanya berpikir agak terlalu cepat bagi saya [bermain di sana], dan saya adalah pemain yang malas. Saya tidak terlalu suka berlari,” ujar Viduka.

Jejak karier di Eropa

Tim-tim Eropa segera menyadari talenta besarnya dan pada 1998, Celtic membeli Viduka seharga £3,5 juta dan benar saja, penyerang berdarah Kroasia itu moncer di liga Skotlandia musim 1990/00 dan mendapatkan kesempatan pindah ke panggung yang lebih besar yakni Leeds di Liga Primer Inggris.

David O’Leary melihat bakat luar biasa dari sang penyerang dan menginginkan seorang target man yang memungkinkan tim kreatifnya untuk memiliki lebih banyak momen menekan dan menebusnya seharga £6 juta.

Getty Images

Di liga Inggris, Viduka tergolong sukses. Ia tampil dalam 130 pertandingan bersama Leeds dan mencetak 59 gol, membentuk duet idaman bersama rekan internasionalnya dari Australia, Harry Kewell.

Namun setelah Leeds degradasi pada musim 2003/04, Viduka terpaksa pindah ke klub lain dan menghabiskan sisa waktu bermainnya bersama dengan Middlesbrough dan Newcastle United sebelum gantung sepatu pada 2009.

Jualan kopi & nge-band

Setelah memutuskan pensiun sebagai pemain, Viduka kembali ke cita-cita pertamanya di luar sepakbola ketika ia pernah tinggal di kampung halaman kedua orang tuanya dan berbisnis di sana.

“Saya meninggalkan Australia untuk bergabung dengan Kroasia Zagreb pada usia 19 tahun dan jatuh cinta dengan gaya hidup di sana. Dan kami selalu ingin menjalankan sebuah kafe, untuk bersenang-senang, tempat di mana semua orang disambut. Jadi, inilah kami,” ungkapnya.

“Dengar, nona saya melakukan semua pekerjaan, saya hanya duduk di sini dan minum kopi!”

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Selain istrinya, Viduka tinggal di Kroasia bersama ketiga putranya yang masih remaja, tempat di mana ia juga menyalurkan hobinya di dunia musik.

“Selain minum kopi, saya bermain gitar,” katanya. “Anak saya, Oliver, adalah seorang drummer di sebuah band. Ketika salah satu temannya tidak bisa hadir, saya ikut.”

“Kami menggunakan ruang bawah tanah kami. Para tetangga tidak terlalu senang tentang itu! Saya dan putra saya menyukai Arctic Monkeys. Liriknya, man, genius.”

Source Link >>> Click Here

#Mark #Viduka #Pemalas #Kesayangan #Australia #Kini #Jualan #Kopi #Ngeband